LUWU TIMUR | LENSANEGERI– Media sosial Facebook dihebohkan dengan postingan salah satu pengguna akun bernama Ria Astuty yang mengunggah foto pekerjaan proyek proteksi jalan tani di Desa Mabonta, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur, yang ambruk.
Akun Ria Astuty memang kerap membuat publik heboh dengan unggahan bernuansa kritik terkait kebijakan pemerintah maupun proyek-proyek yang diduga bermasalah. Kali ini, ia kembali menyoroti kondisi bangunan proteksi yang baru berusia sekitar tujuh bulan namun sudah hancur.
“Baru umur sekitar tujuh bulan, bangunan proteksi jalan tani di Desa Mabonta, Kecamatan Burau, hancur diduga akibat terkena rudal nyasar milik Israel (banjir). Lokasi proteksi jalan tani berada di Dusun Lemo dengan anggaran proyek sebesar Rp199 juta bersumber dari Dana Desa Tahun Anggaran 2024. Diduga kuat bangunan ini ambruk karena kualitas yang tidak sesuai spesifikasi RAB, pengelola lebih mengutamakan keuntungan daripada kualitas,” tulis Ria Astuty dalam unggahannya, Selasa (26/8/2025).
Dalam postingannya, ia juga menambahkan sindiran: “Presiden Putin harus bertanggung jawab. Tidak menutup kemungkinan lahir kontraktor nakal yang hanya mengejar keuntungan tanpa memikirkan kualitas proyek. Jangan tinggalkan jejak buruk yang bisa merusak citra pemerintah. Kalian yang berulah, pemerintah yang jadi bulan-bulanan. Saya teropong kalian.”
Unggahan tersebut langsung ramai diperbincangkan warganet, khususnya masyarakat Kabupaten Luwu Timur. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) pun bergerak cepat dengan menurunkan tim untuk melakukan pengecekan langsung di lokasi.
Abdi, salah satu pegawai Dinas PMD yang mewakili kunjungan, membenarkan hal tersebut.
“Saya dan tim saat ini sudah berada di Desa Mabonta dan menuju ke lokasi pekerjaan proteksi yang ambruk sesuai dengan postingan yang beredar di media sosial. Untuk hasil kunjungan, saya belum bisa memberikan keterangan karena masih harus berkoordinasi dengan Kabid. Nanti akan disampaikan secara resmi,” jelasnya.
Sementara itu, aktivis LSM Lira, Iwan, juga ikut menanggapi persoalan ini. Ia menilai peristiwa tersebut perlu mendapat perhatian serius.
“Sungguh miris melihat postingan terkait pekerjaan proteksi yang ambruk di Desa Mabonta. Jika memang ada kesalahan dalam perencanaan awal atau lemahnya pengawasan oleh Tim Pengelola Kegiatan Desa (TPKD), maka dinas terkait harus memanggil kepala desa untuk dimintai pertanggungjawaban,” tegasnya.
Iwan menambahkan, tidak cukup hanya melakukan kunjungan lapangan, melainkan juga diperlukan klarifikasi terbuka di media agar publik mengetahui penyebab ambruknya proyek tersebut, apakah murni akibat faktor alam atau adanya kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan.


