![]() |
| Gambar Salah satu Koperasi (foto Beritajatim.com) |
LENSANEGERI | BLITAR JATIM – Sejak diresmikan pada 21 Juli 2025, sebanyak 244 koperasi merah putih di Kabupaten Blitar hingga kini belum dapat beroperasi. Program yang diinisiasi oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, bertujuan menghidupkan ekonomi desa melalui koperasi di Blitar, namun masih menghadapi berbagai hambatan, terutama terkait dengan modal.
Tanpa suntikan dana, 244 koperasi yang tersebar di 22 kecamatan Kabupaten Blitar ini terancam mati suri. “Kalau dengan simpanan wajib dan simpanan pokok itu kan sangat kecil,” ungkap Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah) Kabupaten Blitar, Sri Wahyuni, saat ditemui pada Minggu (10/8/2025).
Dari 248 koperasi merah putih yang direncanakan, hanya 4 unit yang sudah beroperasi. Keempat koperasi yang aktif ini merupakan gabungan dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).
Sementara itu, 244 koperasi merah putih lainnya belum beroperasi lantaran belum memiliki modal yang cukup untuk menjalankan kegiatan mereka.
Sri Wahyuni menjelaskan, “Terkait akses permodalan itu kan dapat permodalan dari Bank Himbara, yang mana ketentuan dari Bank Himbara itu kan terkait persentase, terkait dalam agunan itu juga masih dalam masa pembahasan masih menunggu itu.”
Koperasi-koperasi ini berharap bisa mendapatkan suntikan dana dari Bank Himbara (himpunan bank negara), namun hingga kini, prosesnya masih terkendala.
Nasib 244 koperasi merah putih di Kabupaten Blitar kini sangat bergantung pada pencairan dana pinjaman modal dari Bank Himbara. Jika modal cair, koperasi dapat segera beroperasi dan menjalankan fungsinya, seperti menyediakan pupuk, membeli hasil panen, atau menyalurkan bantuan kepada anggotanya.
Namun, jika dana pinjaman tidak tersedia, koperasi-koperasi tersebut akan tetap terkatung-katung dan tak dapat memberikan kontribusi pada perekonomian lokal.
Kondisi ini sangat ironi, mengingat program Koperasi Merah Putih digadang-gadang sebagai solusi untuk memperkuat sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian Blitar,” tegas Sri Wahyuni.
Tanpa modal yang memadai, sektor pertanian Blitar yang sudah sejak lama mengandalkan koperasi sebagai penggerak ekonomi, berisiko menghadapi kesulitan lebih lanjut


